Demokrasi…!!! Sejenak
pikiranku melayang, terbayang sistem domokrasi yang ada di negara indonesia.
Yang tentunya tergambar jelas bagaimana demokrasi tersebut, yang secara tidak
langsung masing-masing orang dapat berpendapat sendiri sesuai keadaan
indonesia.
Mengutip dari pendapat
Bapak tony dian efendi (dosen pengantar ilmu Hubungnan Internasional)
"demokrasi yang ada di negara kita bersifat ngambang dan terlalu bebas.
Contoh kecil saja merusak fasilitas umum adalah termasuk melanggar hukum tapi
anehnya hal itu hanya berlaku untuk individu semata dan anehnya kalau
dikerjakan bersama-sama itu menjadi hal yang tidak melanggar hukum dan biasa
saja. Demikianlah gambaran demokrasi yang ada di indonesia. pengertian
demokrasi sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa
kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat). sehingga dalam sistem demokrasi
ini haruslah ada keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). serta beberapa
kriteria yang harus dipenuhi, yakni:
1.
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam
segala bidang.
2.
Adanya kebebasan
dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
3.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat.
dalam perjalanan hidup sering kujampa beberapa
masalah dan kejadian mengenai kampanye.
Beberapa kali aku
“terjebak” di tengah masa dalam hari-hari ini yang penuh dengan kampanye besok
2013 mendatang, selalu saja saya terbayang perasaan haru ketika melihat
realitas yang ada di indonesia. Begitu banyak orang yang sangat antusias ikut
serta dalam even-even
pada tahun kemaren, hal
tersbut sudah sangat tergambar jelas bagaimana akan sangat banyak orang yang
ikut serta dalam pemilu 2013.
Saya sendiri memang
tidak tahu persis berapa banyak di antara mereka-mereka yang sebetulnya peserta kampanye bayaran.
Seorang teman yang duduk di kursi DPR berpendapat “di dalam kampanye tidak ada orang yang
bertindak secara tulus ikhlas kecuali upah puluhan ribu yang harus mereka dapat
termasuk kita sendiri”. Realhtas yang tidak dapat dipungkiri. Memang lebih
banyak orang berkampanye, berkoar-koar lantaran dukunganya untuk partai, yang
ditambah lagi dengan tindakan anarkis dan tawuran yang menjadi sajian berita
menyedihkan sekaligus memprihatinkan bagi kita (masyarakat indonesia).
Beberapa tahun kemaren,
ingatanku kembali, tepatnya ketika aku berada di jalan raya tuban aku merasa
terancam. Karena para kampanye secara sengaja membuat macet lalu lintas dengan
gas sepeda motor yang di-bleyer secara terus-menerus dan tepat di depanku
seorang pemuda berwajah garang dengan membawa minuman keras di sela-sela ikat
pinggangnya berhenti di depanku dan berteriak-teriak, dari situlah aku merasa
tak nyaman dan terancam. Masih lekat dalam ingatan saya betapa ketar-ketir,
was-was, tak nyaman, dan merasa terancamnya saya di tengah massa yang serupa
itu dalam kampanye 2009 kemarin. Mungkin dalam pemilu 1992, sedikit lebih
ekstrim. Dulu setiap orang yang terjebak dalam kepungan masa akan terkena
terror standar: dimintai uang dan dipaksa menjawab yel-yel yang diteriakkan
oleh massa. Situasi seperti itulah yang dihadapi siapapun di tengah massa.
Sisa-sisa ketercekaman
dan kecemasan public semacam itu memang belum hilang di tengah prosesi
kampanye. Namun saya sendiri merasakan Sesutu yang sangat berbeda. Ada
ketulusan dan keikhlasan yang saya saksikan pada wajah-wajah umumnya peserta
kampanye.
Hiruk piruk suara
pemerintah tentang kampanye 2013 besok sangat dinantikan, di lain sisi Bpk.
Susilo Bambang Yuhdoyono sedang bersiap-siap untuk me-Resuffle kabinet pada akhir bulan oktober besok, yang
berharap supaya menjelang kahir kepemimpinanya berakhir khusnul khoimah.
Sebenarnya warga Negara sudah merasa kelelahan memikirkan demokrasi Indonesia,
kalanfan Borjuis cenderung mendapat perhatian lebih daripada kaum ploreter, hukum
semacam itulah yang masih ada di Negara kita, yang bertentangan dengan makna
“Demokrasi “ pada hakikatnya.
Di tengah perjalanan
hidup, saya menemukan Indonesia yang kehilangan masa depan, semangat
perjuangan, harapan-harapan, serta menjadi Indonesia yang mejanjinkan. Indoseia
tumpah darah yang saya cintai, yang sangat antusias rakyatnya dengan perubahan
dari gelap menuju benderang.
Terus terang saja, di
tengah perkuliaan dan organisasi, beberapa kali saya merasa haru, terharu,
menyksikan calon pemimpin bangsa yang sangat bersemangat membela Indonesia.
Saya ingin berterik “selamat datang demokrasi”. Tapi saya tahutak ada jalan
lurus menuju demokrasi yang beridiology pancasila itu. Ia harus dicapai dengan
keringat. Tak ada yang cepat, mudah, dan pasti dengan proses demokratisasi. Dan
menurut hemat saya, selamat atau tidaknya proses demokratisasi tegantung pada
aktornya. Dia bukan Amien Rais.Bukan Gus Dur. Bukan Megawati. Bukan SBY. Bukan
tokoh-tokoh elite yang namanya selalu menghiasi massa. Pelaku utamanya adalah
rakyat yang tak bernama, orang per oranng yang tak perna dikutip Koran,
penduduk yang hidup dengan kesederhanaan.
Pelaku demokrasi adalah
kita semua. Menjaga proses demokrasi adalah memahami secara benar hak-hak yang
kita miliki, menjagaa hak-hak itu supaya siapapun menghormti hak tersebut.
Menjaga proses demokratsasi adalah menyatakan sikap secara rasional dan matang
sambil ikhlas meneriima orang dengan sikap yang berbeda. Sedangkan pemilu
adalah salah satu wahana saja untuk menjag proses demokratisasi itu.
Sekarang kita sudah
mendapatkan titik terang mengenai
pengertian demokrasi. Pada awalnya kita berasumsi bahwa demokrasi adalah
pelaku utama yang duduk di kursi pemeritahan, di gedung parlemen, di
kantor-kantor atau sebuah tempat-tempat terbatas dan sempit lainya. Kita musti
membentuk cara berpikir baru bahwa pelaku utama demokrasi adalah kita sendiri.
Anda. Semua orang.
Hanya dengan menyadari
hal tersebut Indonesia yang gemilang akan kita raih. Sebuah impian agung akan
menjadi hal nyata. Dan saya yakin tak ada satupun orang Indonesia yang
merindukan kegelapan, masa depan yang suram, sert tingkat perekonomian dan
teknologi yang rendah.semoga kita bias menggapai masa depan yang terang benderang. Sepenuhnya di tangan kita.
sumber: http://markitca.blogspot.com/
sumber: http://markitca.blogspot.com/